
31 Oktober 2013 –ketika budaya orang barat merayakan Halloween,
saya mendapatkan kesempatan untuk mendampingi teman dari Manado yang antusias
untuk melihat lebih dekat desa Terunyan dengan jenazah-jenazahnya…
so, it’s Halloween… let’s have a Spooktacular trip to Terunyan!...
Desa Terunyan terletak di tepian Danau Batur sebelah Timur
tepat di kaki Gunung Abang, Kintamani di Kabupaten Bangli. Desa Terunyan
dihuni oleh keturunan Bali asli –Bali Aga, sebelum kedatangan Majapahit pada
abad ke 16.
Pura Pancering Jagat yang berada di tengah desa, diyakini
sebagai pura pertama kali dididirikan di Pulau Bali.
Salah satu pesona Terunyan
adalah makam misterius di Dusun Kuban, lokasi makam ini hanya bisa di akses
dengan perahu karena letaknya berada diantara tebing batu. Keunikan makam ini
adalah, masyarakat
desa tidak menguburkan jenazah para pemimpin . Jenazah hanya diletakkan di tanah agar terurai kembali menjadi tanah…
desa tidak menguburkan jenazah para pemimpin . Jenazah hanya diletakkan di tanah agar terurai kembali menjadi tanah…
Dust to dust, ashes to
ashes…
![]() |
Gunung Batur |
Tidak seperti masyarakat Bali pada umumnya, orang Terunyan
tidak mengkremasi atau menguburkan jenazah orang yang telah meninggal. Jenazah
hanya diletakkan di atas tanah dan diberi pagar bambu agar tidak terusik
binatang liar, anehnya di lokasi tempat jenazah dibaringkan tidak tercium bau
busuk! Bau busuk dari mayat yang diletakkan di lokasi terserap oleh aroma harum
dari Taru Mayan (Pohon Wangi) yang telah berada di tempat itu selama ratusan
tahun –bahkan mungkin sejak jaman pra-sejarah.
![]() |
Desa Terunyan |
Pemandu lokal mengkisahkan, konon aroma harum dari pohon
Taru Mayan dapat tercium sampai ke tanah Jawa, sehingga raja di tanah Jawa
mengirimkan utusan untuk mencari asal bau harum itu. Mendengar berita tentang utusan raja dari Jawa akan datang untuk mencari Taru Mayan, masyarakat
Terunyan menjadi kwatir bila pendatang akan mengusik ketentraman warga desa. Melalui musyawarah adat dan sebagai upaya untuk
menyembunyikan aroma dari pohon Taru Mayan, penduduk sepakat untuk meletakan
jenazah-jenazah di dekat pohon Taru Mayan. Maka sejak saat itu, orang Terunyan menjadikan lokasi itu sebagai tempat peristirahatan
terakhir…
Terunyan telah terkenal dengan keunikannya sejak lama, namun
karena perilaku masyarakat yang tidak seramah dan sebaik orang Bali pada
umumnya, Terunyan mulai ditinggalkan oleh laju perkembangan pariwisata budaya.
Masyarakat Terunyan sering meminta-minta dengan cara yang tidak baik, sehingga para tour operator merasa risih untuk merekomendasikan Terunyan kepada wisatawan.
Akibatnya, Terunyan semakin tertinggal dan tidak mendapatkan kesempatan untuk turut
menikmati kue pariwisata…
![]() |
Dusun Kuban |
Saya sering mendengar cerita yang kurang baik mengenai
masyarakat Terunyan, namun saya penasaran dan ingin melihat langsung keunikan
di desa yang terpencil itu. Terlebih belakangan ini, teman-teman tour guide
menceritakan masyarakat Terunyan sekarang telah mulai sadar tentang benefit pariwisata, mereka bahkan
berusaha proaktif mempromosikan desanya… Orang-orang Terunyan yang sudah berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat dari luar kampungnya dengan
baik, turut giat menyuarakan keunikan dan pesona desa Terunyan, terutama ketika
di desanya ada orang yang baru meninggal, iklannya:
“Ada mayat baru..!”
![]() |
Danau Batur |
Dari ketinggian Kintamani, kami turun ke danau Batur menuju desa Kedisan untuk menyewa perahu ke Terunyan. Di tengah perjalan
menuju Desa Kedisan, sesorang dengan mengendarai motor mengejar mobil kami. Saya
memperlambat laju kendaraan untuk memastikan, bahwa orang tersebut hanya sedang menuju
ke tempat yang sama ataukah memang benar-benar mengejar kami… dan saya ingin
tahu apa tujuannya mengejar kami. Ketika saya memperlambat mobil, orang itu
berusaha mendahului mobil kami dan tersenyum ketika saya menatapnya. Senyum khas
orang Bali yang amat polos dan ramah, sehingga saya menghentikan mobil agar
dapat bertanya kepada orang itu tentang desa yang sedang kami tuju. Orang
tersebut mendekat sambil tersenyum, “Selamat siang… Bapak mau ke Terunyan, saya
asli Terunyan mari saya antar?”
![]() |
Gapura menuju makam |
Karena begitu sering saya dengar cerita yang
kurang baik tentang perilaku orang Terunyan, saya langsung menolak dengan
sopan. Saya katakan kami hanya sekedar melihat-lihat pemandangan danau.
Orang itu tetap mengikuti mobil kami, sehingga saya kembali berhenti. Orang itu
mendekat dan menyodorkan KTP-nya, “Saya asli Terunyan, Pak”. –dalam hati
saya: ”ngana kira kita pol-pp, se tunjung na pe KTP pa kita (Kau kira aku
pol-pp, pake nunjukin KTP)?”


“Pak, saya asli Terunyan, kami ingin desa kami dikunjungi
turis… kami ingin desa kami maju, nda dicap desa jelek. Saya nda minta uang,
saya antar bapak ke desa kami untuk melihat-lihat…” Akhirnya saya coba untuk
cari informasi tentang desa Terunyan, saya tanyakan bagaimana caranya untuk ke
tempat jenazah-jenazah Terunyan dan orang itu dengan ramah menjelaskan, untuk menuju lokasi penyimpanan mayat harus menggunakan perahu dari desa Kedisan atau dari kampungnya. Dia siap mengantar
dengan ongkos Rp. 550,000.- per perahu. Dia menjamin tidak akan ada gangguan dari warga desanya dan dia juga berjanji tidak akan curang ataupun menipu. “Kami sudah dikasi
penyuluhan dari dinas supaya baik, kami ingin desa kami didatangi turis lihat-lihat.
Nama saya Ketut Waris…”
Saya semakin tertarik untuk melanjutkan perjalanan ke
Terunyan, dan mungkin ekspresi wajah saya terbaca oleh Ketut Waris, katanya… “Pak,
ada mayat baru!...” Kontan aja saya dan teman langsung tertawa keras… –Tuh, butul toh apa
kita da bilang dong pe iklan:… “Ada mayat baru!”
![]() |
Peristirahatan Terakhir |
Setiba di desa Terunyan, Ketut Waris mempersilakan kami untuk berjalan-jalan mengelilingi pelosok desa… “It’s interesting!”
Tidak terlihat desa yang kumuh penuh dengan pengemis, namun terlihat desa yang tenang dan mulai tertata dengan baik. Desa di tepi danau yang indah dengan udara sejuk berlatar belakang Gunung Batur yang spektakuler…
Setelah melalui proses tawar-menawar ongkos perahu, kami sepakat lanjut ke dusun Kaban untuk melihat langsung tempat penyimpanan mayat…
“…if you scared, stay home!”
Tidak terlihat desa yang kumuh penuh dengan pengemis, namun terlihat desa yang tenang dan mulai tertata dengan baik. Desa di tepi danau yang indah dengan udara sejuk berlatar belakang Gunung Batur yang spektakuler…
Setelah melalui proses tawar-menawar ongkos perahu, kami sepakat lanjut ke dusun Kaban untuk melihat langsung tempat penyimpanan mayat…
“…if you scared, stay home!”
![]() |
Barang-barang milik almarhum |
Sekitar 15-20 menit dengan perahu dayung, Ketut Waris membawa kami berlayar di air danau yang sangat tenang menuju dusun Kuban. Sesampai di Kuban, kami disambut Juru Kunci makam dan dipandu menuju lokasi yang terletak di dekat dermaga tempat Ketut Waris menambatkan perahunya. Di sekeliling gapura ditumbuhi oleh tumbuhan yang sangat rimbun hingga hampir menutup gapura. Di puncak tangga gapura masuk kami disambut 3 tengkorak manusia, satu di sisi kiri dan 2 di sisi kanan. Pohon Taru Mayan yang besar dan telah berusia ratusan tahun –bahkan mungkin sudah berada di sana sejak jaman prasejarah– tepat menghadap gapura.
![]() |
Kumpulan Tengkorak dan Tulang |
Di lokasi yang cukup rimbun, lembab karena terhindar sinar
matahari dan suasana sunyi kami melihat, beberapa bambu yang disusun menyerupai
kemah. Salah satunya terlihat masih baru dan di dalam berbaring jenazah yang tampaknya
belum lama meninggal. Di bagian tengah, ada semacam altar batu dan terdapat
beberapa tengkorak dan tulang manusia yang tersusun di atasnya.
It’s amazing! Kami sama sekali tidak mencium bau busuk dari
mayat-mayat yang berada di lokasi. Sambil melihat-lihat area penyimpanan mayat
sambil memfoto, Juru Kunci tidak hanya menceritakan sejarah dan budaya tentang masyarakat
Terunyan, namun memberi kesempatan kepada kami untuk mencium aroma yang sangat
menyegarkan dari Pohon Taru Mayan.

Sebagai bangsa Indonesia, saya turut merasa bangga dengan
kelestarian adat dan budaya yang dimiliki masyarakat Trunyan. Semoga warga masyarakat Terunyan dapat mempertahankan kelestarian tradisi adat dan budaya yang sangat khas dan luar biasa...
Teman-teman
yang berencana akan liburan ke Bali, mungkin bisa memasukkan Desa Terunyan di jadwal wisata kalian
sebagai ‘a must place to visit’…
Ke Terunyan yuk…? Ada mayat baru!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar